Jumat, 25 Maret 2011

Ketika harus membunuh semua rasa (Cerita Seorang Teman)

Suatu haru di awal awal Bulan Maret 2011, seorang temanku tiba-tiba meneephon aku tepat di jam 3 malam, dia hanya memintaku untuk mendengarkan ceritanya (sekaligus menuliskan) tentang Pengalaman selama Proses Prajabatan yang saat itu dia ikuti...Berikut inilah cerita temanku yang berhasil aku rekam...


Serentak, menatap sunggingan senyum mentari pagi dalam keceriaan enggan berbaris dan berkumpul, namun Mentari pagi senantiasa berkata “ Bangkitlah walau setapak, raih mimpimu”. Hhhhmmmm...ada semangat tercipta, ada motivasi akan masa depan ceria, ada tatapan mata yang mesti terisi oleh tiupan peluit, berbaris dan berbagi lelah...merekalah tujuan kita,, mencetak Bangsa yang senantiasa ceria..
Kerja bukanlah seperti yang dipikirkan banyak orang, bukan sesuatu yang ketika berlangsung, kita bisa melihatnya dari luar,,namun, kebersamaan ini kan mengajarkan banyak hal tentang cita-cita bersama, akan kalimantan, akan indonesia, akan manusia yang berdaya upaya.
Ketika harus Membunuh semua rasa,,,,ya, itulah yang bijak diucapkan dikala dihadapkan pada tanggung jawab yang bergelantungan pada pundak kita, ada hak mereka yang senantiasa mejadi kewajiban kita untuk segera memenuhinya melalui kebersamaan dan kesetaraan yang setidaknya dimulai hari ini.
Seiring lengkingan suara jangkrik tadi malam, tiba-tiba terbersit satu untain kalimat yang bagiku sangat dalam maknanya..” Tanamkanlah Wujudmu pada bumi yang tak dikenal, karena pohon yang tidak pernah tertanam tak akan tumbuh dengan sempurna ”, kalimat ini mengajarkanku tentng arti sebuah keikhlasan berbakti dan cinta kasih akan sesama, mengetuk gerbang hati untuk terus menimba mata air untuk mengisi kekosongan mata air air mata mereka, untuk terus menebar kasih akan terwujudnya mimpi kesejahteraan atas kesederhanaan, untuk terus membunuh semua rasa saat ini demi mengukir sebuah asa akan sesama, untuk kita, untuk dia dan untuk semua.
Kawan, inilah kita, yang saat ini harus tertidur dan terjaga oleh tiupan sebuah peluit memecah semua senda gurau ketika malam hari dan mengusik mimpi ketika pagi menjelang, inilah kita saat ini yang harus menjalani keseharian yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya, inilah kita saat ini yang terus memupuk nilai kebangsaan demi terjadinya transformasi sosial yang seimbang demi mimpi yang mungkin baru tercipta hari ini, dan inilah kita saat ini yang harus membunuh semua rasa serta senantiasa tersenyum walau penat dan peluh menyerang.
Ya, ketika harus membunuh semua rasa... dan menciptakan rasa yang baru, yakni rasa memiliki pada bangsa yang besar dan kewajiban untuk menjadikannya semakin besar dengan tangan, dengan lisan, dengan pikiran dan dengan rasa yang terasa atas keharusan menjalani hidup sebagai pengabdi pada kebesaran bangsa yang harus terasah pada saat ini.
Kawan, Mentari esok hari kan tersenyum pada kita, itu pertanda semangat baru akan bermunculan pada ruangan dan lapangan tempat kita berbaris, berbaris menuju perubahan manusia menjadi manusia-manusia yang diawali dari dalam diri kita sebagai manusia.
Dan,,,ketika harus membunuh semua rasa...Hhhmmm, saat ini mungkin itulah yang mesti dilakukan untuk memanusiakan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wellcome to My Graffiti